Rabu, 16 Januari 2013

kesenian lukis

Jenis karya Seni Rupa Terapan Daerah Setempat

6
1. Pengertian Karya Seni Rupa Terapan
Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang dirancang untuk tujuan fungsional, yaitu untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia. Seni rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan untuk kepentingan manusia. Contoh benda seni terapan antara lain benda-benda gerabah dari tanah liat, benda-benda anyaman, kerajinan keramik, peralatan rumah tangga, kerajinan furniture.
Karya seni rupa terapan daerah setempat diciptakan untuk tujuan melestarikan nilai-nilai tradisi dan adat dalam proses serta teknik berkarya seni rupa daerah setempat. Bentuk, model, teknik, dan media memiliki keunikan/karakteristik tersendiri, sebagai kekayaan seni budaya.
Karya seni rupa terapan daerah setempat yaitu karya seni rupa yang memiliki fungsi pakai/guna, dibuat dengan teknik (cara) dan media yang ada di daerah setempat, sebagai aset atau kekayaan budaya nasional.
2. Hasil Karya Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Benda-benda seni rupa terapan yang dihasilkan di bagian daerah di wilayah Indonesia diantaranya yang terkenal adalah:
a.       Kerajinan Batik
Seni batik adalah sebagai budaya nasional yang sudah banyak dikenal di mancanegara. Sebagian besar daerah di Indonesia memiliki karya seni batik yang berbeda jenis dan coraknya. Batik termasuk karya seni terapan dua dimensi yang umumnya digunakan sebagai nama motif atau corak batik. Antara lain :
Batik Solo
Batik Yogyakarta
Batik Bayumasan (Purwokerto)
Batik Laseman (Lasem-Rembang)
Batik Bakaran (Pati)
Batik Cirebon
Batik Pekalongan (corak Pekalongan)
Batik Madura
Batik Palembang
Batik Garut (Jawa barat)
Batik Bali
Batik Tuban (Jawa Timur)
b.      Kerajinan keramik dari Kasongan Yogyakarta, Purwakarta, Sompok, Mayong (Jepara), Bojonegoro
         (Jawa Timur), Bandung, dan Kedu.
c.     Kerajinan kain tenun dari daerah Troso (Jepara), Bali, Garut, Yogyakarta, Tuban, Lombok, dan Timor.
d.     Kerajinan kuningan dari Juwana Pati (Jawa Tengah).
e.     Kerajinan ukir perak bakar dari Kota Gede Yogyakarta.
f.      Kerajinan anyaman dari bahan alami untuk benda tas, keranjang, tikar, dan topi. Daerah
        asal Tangerang, Kudus, Kedu, Tasikmalaya dan Bali.
g.     Kerajinan tangan untuk cinderamata (souvenir) dari daerah Surakarta, Jepara, Yogyakarta,
        Jakarta, Bali, Bandung, Palembang, Makassar, dan Samarinda.
h.    Kerajinan wayang kulit (Wayang / boneka yang terbuat dari kulit berbentuk dua dimensi) digunakan
        untuk seni perdalangan atau sebagai hiasan. Dihasilkan dari daerah Yogyakarta, Surakarta, Kedu,
        Bali,   dan Jawa Timur.
i.     Wayang Golek (boneka berbentuk tiga dimensi) dihasilkan dari daerah, Bandung, dan
        Yogyakarta (Jawa tengah)
j.       Kerajinan ukir kayu, yang menghasilkan benda-benda ukir berupa perabotan rumah tangga ukir
        (meja, kursi, tempat tidur, almari, dan hiasan dinding) dan gambar relief. Daerah penghasik ukiran
         kayu  antara lain Jepara, Bali, Kalimantan, Madura, dan Papua (suku Asmat), Yogyakarta, Surakarta,
         Cirebon, dan Palembang.
k.    Kerajinan topeng kayu dari daerah Yogyakarta, Surakarta, Betawi, Cirebon, Bali, dan Bandung.
l.     Kerajinan merangkai janur. Jawa Tengah, Bali dan Yogyakarta.
m.  Kerajinan bordir berasal dari daerah Kudus dan Tasikmalaya.
Karya Seni Rupa Terapan
Sofa Ukir
Krajinan Tas Kulit
Kerajinan Tektil Batik
3. Media dan Teknik Seni Rupa Terapan Daerah Setempat
Media (bahan/alat) yang digunakan umumnya bahan alami dn yang mudah didapat dari daerah setempat. Contoh media seni terapan tradisional (daerah setempat) umumnya menggunakan yang harganya murah, mudah terjangkau masyarakat umum/luas, bambu, kayu, tanah liat, jenis rumput-rumputan (untuk anyaman), eceng gondok, tempurung (batok) kelapa, kulit kerang, kulit hewan, batu marmer, batu andesit, dan daun-daunan.
Teknik (cara) yang digunakan dalam pembuatan karya seni terapan daerah setempat atau tradisional pada umumnya sangat sederhana yaitu dengan menggunakan tangan atau dengan alat bukan mekanis (mesin). Misalnya dalam pembuatan anyaman bambu daun, ukirankayu, kain tenun, kain songket keramik tradisi, wayang kulit dan golek, bordir, sulaman, kain batik. Dikerjakan secara perorangan atau kelompok. Dengan cara (teknik) ukir, pahat, anyam, aplikasi, jahit, butsir, membentuk.

Keunikan gagasan dan teknik karya seni rupa terapan daerah setempat

1.    Gagasan (Ide) Karya seni rupa terapan
Gagasan (ide) berkarya seni rupa meliputi gagasan awal dan akhir. Seni rupa terapan daerah setempat memiliki keunikan yang menarik bagi setiap orang. Hasil karya cipta yang diwujudkan sebagai benda hias ini bersumber dari ide gagasan pembuat karya seni (perupa). Ada perupa yang tertarik menihat bahan (media) dengan bahan yang unik, kemudian bahan tersebet menjadi benda seni yang berbobot dengan bahan tersebut sederhana yang disebut gagasan akhir.
a.    Contoh benda seni terapan dengan ide akhir:
Akar pohon jati dapat dibentuk menjadi meja dengan bentuk unik. Kemudian menyesuaikan wujus akar tersebut
Bahan limbah atau yang tidak terpakai dapat diciptakan menjadi benda guna yang indah. Contoh : tas, bantalan kursi, dompet, kopas, ikat pinggang, keset, sapu, peralatan rumah tangga yang semuanya terbuat dari barang bekas (terbuang)
Disamping itu ada pula perupa yang dalam menciptakan benda seni, ide atau gagasan sudah ada lebih dahulu (ide datang lebih awal) baru dicari bahan (media) yang sesuai gagasan
b.      Contoh benda seni terapan denga ide awal
Benda seni terapan yang terbuat dari bahan kayu, seperti: bangunan rumah kayu, barang-barang ukiran berupa perabot rumah tangga, furniture, dasn benda kerajinan kayu yang lainya.
Benda seni terapan yang terbuat dari bahan bambu, antara lai keranjang, dinding, tas, hiasan dinding, tirai, anyaman, angklung, rak piring, kotak, topi, meja kursi bambu.
Benda seni terapa yang digunakan untuk alat kesenian.
Contoh: hiasan yang unik dan menarik dan kerajinan alat musik (instrumen) seperti: kolintang, angklung, rebana, gong, gambang, seruling, biola, kendang, dengan berbagai bentuk dan model.
Benda kerajianan yang digunakan untuk busana (pakaian)
Contoh: kerajinan tutup kepala (topi, kkopiyah, peci, blangkon, ikat kepala) dengan berbagai bahan, kerajianan sepatu dan sandal dari kulit, pakaian pengantin adat dengan aksesorisnya, kain sarung, kain songket, kerajinan kain tenun, kerajinan kain batik tulis dan cap.
2.    Teknik karya seni rupa terapan daserah setempat
Pengertian teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk proses pembuatan karya seni rupa. Teknik yang digunakan dalam pembuatan karya seni rupa terapan daserah setempat sangat sederhana. Umumnya dikerjakan dengan tangan yang terampil. Teknik yang digunakan dalam pembuatan karya seni rupa terapan daerah setempat, antara lain:
Teknik karya seni rupa terapan dua dimensi
Teknik yang digunakan membuata karya seni rupa terapan dua dimensi dapat berupa : teknik batik, setak, sulam, bordir, menempel, arsir, b lok, tenun, dan anyam.
Teknik batik digunakan untuk membuat kerajinan kain batik
Seni batik.
-       Batik tradisional dengan teknik menulis/menggambar pada kain dengan alat canting dan bahan malam yang dipanaskan. Selanjutnya diberi warna, dilorong (dibersihkan malamnya), dibilas (dicuci), dan dikeringkan dengaqn tidak terkena panas matahari langsung.Karya Seni Rupa yang dibuat dengan cara ini memerlukan bahan dan peralatankhusus,serta pembuatan melalui prosedur yang berbeda dengan teknik yang lain. Bahkanbahan dasar yang digunakan untuk membatik , antara lain kain putih yang dapat ditempelililin atau malam sebagai bahan perintang dan kain tersebut dapat meresap warna,bahanpembangkit warna,bahan pelarut napthol,bahan pelarut garam,serta malam atau lilin.Salah satu daerah yang terkenal dengan teknik membatiknya adalah pekalongan.
-       Batik modern menggunakan teknik caplak atau klise dan teknik printing (sablon)
Teknik anyaman
Anyaman adalah seni kerajinan yang dikerjakan dengan cara mengankat dan menumpangtindihkan atau menyilang-nyilangkan bahan sehingga menjadi suatu karya anyaman .
-       Bahan anyaman dapat berupa:
-          Daun pandan
-          Daun lontar
-          Menong
-          Bambu
-          Plastik, pita jepang, kertas yang diiris-iris.
-       Macam corak anyaman antara lain:
-          Anyaman lilit
-          Anyaman bintang
-          Anyaman bilik atau anyaman kepang
-          Anyaman sasak
d.      Teknik karya seni rupa terapan tiga dimensi
Teknik yang digunakan dapat berbagai macam tergantung media (bahan) yang digunakan, antara lain dengan teknik :
-            Plester atau dengan kerangka
-            Sambung atau menempel
-            Cetak
-            Pahat
-            Membentuk (modeling)
-            Butsir, dan
-            Merakit/membangun
Teknik butsir, hanya menggunakan alat telapak tangan dan alat lain (kayu, kawat) sederhana. Bahan yang digunakan lunak, elastis, lentur antara lain tanah liat, plastisi
Membentuk (modeling)
Dengan menggunakan beberapa teknik lagi, antara lain membentuk teknik:
-       Kontruksi
Teknik kontruksi macamnya ada tiga, yaitu:
-          Teknik lempeng
-          Teknik pijat, dan
-          Teknik spiral.
Alatnya berupa sudip (alat pengukur dari kayu), papan alas, paku, lidi
Bahan dari tanah liat, plastisi.
-       Putar
Dengan menggunakan alat putar, terutama untuk benda yang berbentuk silindris (tabung), alat putar ini ada yang diputar dengan kaki, tangan atau mesin.
-       Cetak
Menggunakan cetakan, sehingga dapat dibersihkan beberapa benda dengan satu macam bentuk. Karya seni Rupa yang dilakukan dengan Teknik Cetak , antara lain berupafotografi,semua karya seni grafis,dan karya desain grafis. Proses pembuatannyamembutuhkan acuan cetak yang dipakai sebagai klise. Dengan klise tersebutmemungkinkan karya dapat diperbanyak sesuai dengan kebutuhan bentuk,warna,dankualitas yang sama
-       Analitik
Membentuk dari bentuk global (utuh), ditarik, ditekan. Dikurangi hingga menjadi bentuk yang dikehendaki.
-       Sintetik yaitu menambah/menempelkan bagian-bagian bentuk sehingga menjadi bentuk kesatuan bentuk.
Teknik Pahat atau ukir
Yaitu cara pembuatannya dengan menggunakan alat pahat (tatah) atau ukir dengan martil. Bahan (media) yang digunakan adalah bahan keras seperti batu , cadas, kayu, gips, tanah liat kering.
Contoh pembutan kerajinan patung dan ukiran atau relief, kerajinan seni ukir terutama ukiran kayu dengan menggunakan teknik pahat. Alat yang digunakan seperangkat pahat atau tatah ukir dengan berbagai ukuran. Ada yang dibuat sket pola lebih rinci (detail), setelah selesai dihaluskan (diamplas).
Merakit dan Membangun
Merakit dan membangun yaitu kegiatan yang mencakup aktivitas menyusun berbagai komponen untuk dijadikan benda trimatra (tiga dimensi).
Contoh: membuat maket, replika, membuat mobil-mobilan, membuat akuarium, membuat kalung, membuat diorama, membuat benda berongga (kubus, kerucut, piramida, tabung), membuat wayang rumput, membuat boneka, media yang digunakan antara lain : tempat dn batang korek api dan bahan dari alam sekitar, benda-benda bekas, kardus, karton, sedotan, kertas, kayu, kawat, tali, dan rumput. Alatnya: pisau, gunting, cutter, spidol, lem, benang tali, kawat, paku, dan kuas.

Legenda Kesenian Reog (1)

Legenda kesenian reog yang berkembang di masyarakat sangatlah bervariasi. Dari semua variasi legenda tersebut pada dasarnya hampir sama. Salah satu legenda tentang kesenian reog adalah sebagai berikut :
Legenda kesenian reog ini merupakan sindiran atau satire sekaligus mempunyai makna simbolis yang timbul pada masa Raja Bre Kertabumi yaitu raja terakhir kerajaan Majapahit. Hal ini berawal dari menyingkirnya penasehat kerajaan yang bernama Ki Ageng Ketut Suryo Alam dari Istana Kerajaan Majapahit. Ki Ageng Ketut Suryo Alam menganggap Prabu Bre Kertabumi telah menyimpang dari tatanan moral kerajaan. Penyimpangan moral inilah yang dinilai awal dari kehancuran Majapahit, dimana kebijakan politik Majapahit waktu itu banyak dipengaruhi oleh permaisuri sehingga banyak kebijakan, peraturan Raja yang tidak benar. Ki Ageng Ketut Suryo Alam menyingkir ke suatu daerah di selatan, yang bernama Kutu. Suatu desa kecil yang masuk wilayah Wengker.
Kemudian Ki Ageng Ketut Suryo Alam mendirikan sebuah padepokan yang mengajarkan sikap seorang prajurit dan kesatria yang gagah dan perkasa. Seorang prajurit harus taat kepada kerajaan dan sakti. Untuk menempuh tujuan tersebut Ki Ageng Ketut Suryo Alam atau lebih dikenal sebagai Ki Ageng Kutu atau Ki Demang Kutu melarang muridnya berhubungan dengan wanita (wadat). Menurut kepercayaanya, barang siapa melanggar ajaran tersebut, kekuatan atau kesaktinnya akan berkurang, bahkan hilang sama sekali. Untuk itulah muridnya harus tinggal di padepokannya. Kepemimpinan dan padepokan Ki Ageng Kutu cepat menyebar dan popular ke beberapa daerah lainnya.
Di dalam padepokan tersebut, Ki Ageng Kutu merenung dan berfikir, bagaimana strategi untuk melawan Majapahit yang dianggapnya meyimpang. Dalam perenungannya muncul pendapat bahwa peperangan bukanlah cara yang terbaik untuk menyelesaikan masalah, sehingga diciptakanlah sebuah perlawanan secara psikologis dengan membuat kritikan lewat media kesenian. Sebuah drama tari yang menggambarkan keadaan kerajaan Majapahit, dan oleh Ki Ageng Kutu disebut REOG.
Ki Ageng Kutu sebagai tokoh warok yang dikelilingi oleh para murid – muridnya menggambarkan fungsi dan peranan sesepuh masih tetap diperlukan dan harus diperhatikan.
Pelaku dalam Drama tari tersebut adalah Singo Barong yang mengenakan bulu merak di atas kepalanya menunjukkan kecongkakan atau kesombongan sang Raja, yang selalu diganggu kecantikan permaisurinya dalam menentukan kebijakan kerajaan.
Penari kuda atau Jathilan yang diperankan oleh seorang laki – laki yang lemah gemulai dan berdandan seperti wanita menggambarkan hilangnya sifat keprajuritan kerajaan Majapahit. Tarian penunggang kuda yang aneh menggambarkan ketidakjelasan peranan prajurit kerajaan, ketidak disiplinan prajurit terhadap rajanya, namun raja berusaha mengembalikan kewibawaannya kepada rakyat yang digambarkan dengan penari kuda (Jathilan) berputar – putarnya mengelilingi Sang Raja.
Seorang pujangga kerajaan digambarkan oleh Bujang Ganong yang memili wajah berwarna merah, mata melotot dan berhidung panjang menggambarkan orang bijaksana, bernalar panjang tetapi tidak digubris oleh Raja sehingga harus menyingkir dari kerajaan.
Setelah Ki Ageng Kutu meninggal, kesenian ini diteruskan oleh Ki Ageng Mirah pada masa Bathoro Katong (Bupati pertama Ponorogo) hingga sekarang. Oleh Ki Ageng Mirah cerita yang berlata belakang sindiran tersebut digantikan dengan cerita Panji. Kemudian dimasukkan tokoh – tokoh panji seperti Prabu Kelana Sewandana, Dewi Songgolangit yang menggambarkan peperangan antara kerajaan Kediri dan Bantar Angin

lagu-lagu indonesia

Berikut ini merupakan nama nama lagu daerah / lagu tradisional di Indonesia, lagu daerah merupakan salah satu kekayaan kebudayaan kita bangsa Indonesia yang berasal dari berbagai macam kultur yang patut kita jaga kelestariannya, apalagi sampai di jiplak lagi oleh negara tetangga…… !
Daftar Nama Lagu Daerah Indonesia :
Lagu Ampar-Ampar Pisang berasal dari daerah provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Anak Kambing Saya berasal dari daerah provinsi NTT
Lagu Angin Mamiri berasal dari daerah provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Anju Ahu berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Apuse berasal dari daerah provinsi Papua
Lagu Ayam Den Lapeh berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Barek Solok berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Batanghari berasal dari daerah provinsi Jambi
Lagu Bolelebo berasal dari daerah provinsi Nusa Tenggara Barat
Lagu Bubuy Bulan berasal dari daerah provinsi Jawa Barat
Lagu Bungong Jeumpa berasal dari daerah provinsi NAD
Lagu Burung Tantina berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Butet berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Cik-Cik Periuk berasal dari daerah provinsi Kalimantan Barat
Lagu Cing Cangkeling berasal dari daerah provinsi Jawa Barat
Lagu Dago Inang Sarge berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Dayung Palinggam berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Dek Sangke berasal dari daerah provinsi Sumatra Selatan
Lagu Desaku berasal dari daerah provinsi NTT
Lagu Esa Mokan berasal dari daerah provinsi Sulawesi Utara
Lagu Gambang Suling berasal dari daerah provinsi Jawa Tengah
Lagu Gek Kepriye berasal dari daerah provinsi Jawa Tengah
Lagu Goro-Gorone berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Gundul Pacul berasal dari daerah provinsi Jawa Tengah
Lagu Haleleu Ala De Teang berasal dari daerah provinsi NTB
Lagu Fluhatee berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu llir-llir berasal dari daerah provinsi Jawa Tengah
Lagu Indung-Indung berasal dari daerah provinsi Kalimantan Timur
Lagu Injit-Injit Semut berasal dari daerah provinsi Jambi
Lagu Jali-Jali berasal dari daerah provinsi DKI Jakarta
Lagu Jamuran berasal dari daerah provinsi Jawa Tengah
Lagu Kabile-bile berasal dari daerah provinsi Sumatra Selatan
Lagu Kalayar berasal dari daerah provinsi Kalimatan Tengah
Lagu Kambanglah Bungo berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Kampung nan Jauh Di Mato berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Ka Parak Tingga berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Keraban Sape berasal dari daerah provinsi Jawa Timur
Lagu Keroncong Kemayoran berasal dari daerah provinsi DKI Jakarta
Lagu Kicir-Kicir berasal dari daerah provinsi DKI Jakarta
Lagu Kole-Kole berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Lalan Belek berasal dari daerah provinsi Bengkulu
Lagu Lembah Alas berasal dari daerah provinsi NAD
Lagu Lipang Lipangdang berasal dari daerah provinsi Lampung
Lagu Lisoi berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Macep-cepetan berasal dari daerah provinsi Bali
Lagu Madedek Magambiri berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Malam Baiko berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Mande-Mande berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Manuk Dadali berasal dari daerah provinsi Jawa Barat
Lagu Ma Rencong berasal dari daerah provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Mejangeran berasal dari daerah provinsi Baii
Lagu Meriam Tomong berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Meyong-Meyong berasal dari daerah provinsi Bali
Lagu Moree berasal dari daerah provinsi NTB
Lagu Na Sonang Dohita Nadua berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Ngusak Asik berasal dari daerah provinsi Bali
Lagu Nuluya berasal dari daerah provinsi Kalimantan Tengah
Lagu 0 Ina Ni Keke berasal dari daerah provinsi Sulawesi Utara
Lagu Ole Sioh berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu 0 Re Re berasal dari daerah provinsi NTB
Lagu Orlen-Orlen berasal dari daerah provinsi NTB
Lagu 0 Ulate berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Pai Mura Rame berasal dari daerah provinsi NTB
Lagu Pakarena berasal dari daerah provinsi Sulawesi Selatan
Lagu Palu Lempong Pupoi berasal dari daerah provinsi Kalimantan Tengah
Lagu Panon Hideung berasal dari daerah provinsi Jawa Barat
Lagu Paris Barantai berasal dari daerah provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Peia Tawa-Tawa berasal dari daerah provinsi Sulawesi Tenggara
Lagu Pileuleuyan berasal dari daerah provinsi Jawa Barat
Lagu Pinang Muda berasal dari daerah provinsi Jambi
Lagu Pitik Tukung berasal dari daerah provinsi DI Yogyakarta
Lagu Potong Bebek berasal dari daerah provinsi NTT
Lagu Putri Ayu berasal dari daerah provinsi Bali
Lagu Rambadia berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Rang Talu berasal dari daerah provinsi Sumatra Barat
Lagu Rasa Sayang-Sayange berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Ratu Anom berasal dari daerah provinsi Bali
Lagu Saputanga Bapuncu Ampat berasal dari daerah provinsi Kalimantan Selatan
Lagu Sarinande berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Selendang Mayang berasal dari daerah provinsi Jambi
Lagu Sengko-Sengko berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Sepakat Segenap berasal dari daerah provinsi DI Aceh
Lagu Sinanggar Tulo berasal dari daerah provinsi Sumatera Utara
Lagu Sing Sing So berasal dari daerah provinsi Sumatra Utara
Lagu Sinom berasal dari daerah provinsi DI Yogyakarta
Lagu Sipatokahan berasal dari daerah provinsi Sulawesi Utara
Lagu Sitara Tillo berasal dari daerah provinsi Sulawesi Utara
Lagu Soleram berasal dari daerah provinsi Riau
Lagu Surilang berasal dari daerah provinsi DKI Jakarta
Lagu Suwe Ora Jamu berasal dari daerah provinsi DI Yogyakarta
Lagu Tahanusangkara berasal dari daerah provinsi Sulawesi Utara
Lagu Tanduk Majeng berasal dari daerah provinsi Jawa Timur
Lagu Tanase berasal dari daerah provinsi Maluku
Lagu Tari Tanggai berasal dari daerah provinsi Sumatra Selatan
Lagu Tebe O Nana berasal dari daerah provinsi NTB
Lagu Tekate Dipanah berasal dari daerah provinsi DI Yogyakarta
Lagu Tokecang berasal dari daerah provinsi Jawa Barat
Lagu Tondok Kadindangku berasal dari daerah provinsi Sulawesi Tengah
Lagu Tope Gugu berasal dari daerah provinsi SulawesiTengah
Lagu Tumpi Wayu berasal dari daerah provinsi KalimantanTengah
Lagu Tutu Koda berasal dari daerah provinsi NTB
Lagu Yamko Rambe Yamko berasal dari daerah provinsi Papua

ponorogo

Ada lima versi cerita populer yang berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok [1], namun salah satu cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu, seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak istri raja Majapahit yang berasal dari Cina, selain itu juga murka kepada rajanya dalam pemerintahan yang korup, ia pun melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan sang raja dan mendirikan perguruan di mana ia mengajar seni bela diri kepada anak-anak muda, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan kerajaan Majapahit kembali. Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan "sindiran" kepada Raja Kertabhumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai "Singa barong", raja hutan, yang menjadi simbol untuk Kertabhumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih dari 50 kg hanya dengan menggunakan giginya [2]. Kepopuleran Reog Ki Ageng Kutu akhirnya menyebabkan Bhre Kertabhumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya, pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer di antara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru di mana ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono Sewandono, Dewi Songgolangit, dan Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil Kuning, namun di tengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri. Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujang Anom, dikawal oleh warok (pria berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan "kerasukan" saat mementaskan tariannya[3].
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai warisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.